Ya,sebelum ke ceritanya saya ingin minta maaf kepada pembaca-pembaca cerita saya (kalau ada sih,wkwk). Karena berapa waktu yang lalu tidak dapat mengupload cerita, saya sangat minta maaf. Ya langsung saja kita ke ceritanya.
Setelah lulus dari sekolah menengah pertama, dengan lulusan tahun 2020 yaitu merupakan lulusan yang di berikan julukan lulusan covid-19, ketimbang di bilang lulusan covid-19 sih. Lulusan tahun 2020, yaa bisa dibilang lulusan yang beruntung ( lucky, UN ditiadakan hey hey).
Jadi dipikiran ku, hanya ingin sekolah yang suasananya relaxed atau santai lah. Lalu terlintas di pikiran ku sekolah yang ingin aku masukan iyalah SMK 2 PANGKALPINANG atau lebih dikenal dengan nama STM. Tapi sempat di ajak teman-teman eskul basket untuk masuk SMA 1 (SMANSA), kakak kelas juga dukung katanya " Masuk SMANSA lah biar kuat basket SMANSA ", tapi aku tetap mempertahankan opsi ku untuk masuk STM.
Ya, alasannya pertama dari SD sampai SMP sekolahku dekat dengan rumah. Jadi dipikiran ku hanya ingin bersekolah yang dekat rumah aja, ya kebetulan STM sekolahnya berada di sekitaran rumah ku.
Alasan yang kedua karena ayahku merupakan alumni STM lulusan tahun 1998, dulu dia masuk jurusan TPL ( Teknik Perkerjaan Logam) mungkin sekarang nama jurusannya PM ( Permesinan) dan sekarang dia bekerja sebagai PNS di Dinas Pariwisata Provinsi Bangka Belitung dengan lulusan S1 Teknik Informatika. Ya bisa di bilang tidak sesuai dengan jurusan yang di ambil waktu bersekolah di STM, namanya juga takdir yang perlu kita lakukan yaitu jalani dengan jujur, taat, dan bersungguh-sungguh dalam melakukan apa yang kita anggap itu baik untuk kita. Karena ayahku merupakan alumni STM, ini membuat diriku ingin mengikuti jejak dia.
Dari alasan tadi, tekad ku untuk masuk STM sudah kokoh, jadi yang ada di pikiranku hanya ingin bersekolah di STM, soal terima tidaknya itu belakangan. Dan hari pendaftaran pun tiba aku dan ayahku pun mulai mendaftarkan ke jurusan Multimedia (MM). Sebelum hari pendaftaran tiba, aku pun bingung mau masuk jurusan Elektronika Industri (ELIND), atau Multimedia (MM). Awalnya aku ingin masuk jurusan Elind, karena waktu di SMP aku bercita-cita ingin menjadi mekanik pesawat terbang, ya itu adalah perkerjaan yang keren bagiku dan menurut ku gajinya pun besar, tapi ayahku bilang "ka ini dak acak begawe kotor, lebih baik ayah saran ka ambil Multimedia bai, tapi basing ka lah keputusan di tangan ka, dari pengalaman ayah lebih baik ka ambil Multimedia".
Karena perkataan itu aku pun memikirkan dengan matang-matang, dan keputusan ku jatuh kepada pilihan jurusan Multimedia (MM). Kembali lagi pada hari pendaftaran, aku mendaftar melewati jalur prestasi setelah menyerahkan berkas kepada pihak sekolah. Di sini, nilai kami yang menjadi penentu di terima atau tidak ke jurusan tersebut. Kalau tahun sebelum-sebelumnya kami, mereka harus tes minat bakat terlebih dahulu. Jadi kalau mereka lulus tes, mereka di terima di jurusan tersebut.
Berbeda dengan lulusan tahun 2020 yang merupakan lulusan yang beruntung, karena covid-19 saat itu meningkat. Tes minat bakat pun ditiadakan dan digantikan dengan jalur prestasi (hehehe).
Lalu hasil pengumuman pun keluar, alhamdulillah aku pun di terima menjadi siswa STM, dengan mengambil jurusan Multimedia(MM). Setelah di terima di sekolah ini, aku pun salah mengira kalau STM merupakan sekolah yang relaxed ataupun sekolah yang santai. Faktanya STM sekolah yang sibuknya luarbiasa, mau bagaimana lagi, ya sekarang aku hanya perlu menjalaninya.
apa yang aku alami setelah bersekolah STM? Penasaran? Di kisah selanjutnya tunggu aja dah!
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMemang ada sekolah santai? Anak TK saja sudah banyak tugasnya,a.l. merekam video perkenalan, membantu orang tua, dll. He ... he... Ceritanya keren. Lanjutkan.
BalasHapusWkwk, siap buk
Hapusnice, lanjutkan
BalasHapusThanks sister, aasiap
BalasHapusDimanapun bersekolah dan apapun kompetensi yang dipilih, bertanggungjawab atas pilihan. Semoga sukses
BalasHapusBaik, bu
Hapus